Jumat, 19 Oktober 2012

Transportasi kereta



Transportasi Kereta

          Kereta merupakan transportasi darat yang cukup di jadikan alternatif untuk masyarakat Jakarta setiap harinya. Khususnya pada hari-hari kerja dari senin sampai jumat. Karena selain tidak macet, kereta juga berjalan cepat sehingga waktu yang di gunakan di perjalanan tidak terlalu lama dan lebih cepat sampai daripada naik Bus atau umum. Transportasi kereta juga mempunyai 2 kelas berbeda yaitu Kelas Commuter Line (AC) dan Kelas Ekonomi.
          Tarif yang berlaku untuk kereta itu sendiri juga tidak terlalu mahal dan masih pas di kantong para penumpangnya. Yaitu untuk Commuter Line sebelum kenaikan adalah Rp 6.000,- dan ekonomi Rp. 2.000,-. Oleh karena itu mengapa kereta sering sekali dijadikan alternativ untuk para masyarakat di Jakarta. Tetapi untuk memperbaiki dan menambah pelayanan transportasi kereta maka pemerintah ingin menaikan tarif kereta sebesar Rp 2.000 dari harga sebenarnya hanya untuk kelas Commuter Line.
          Dengan opsi kenaikan ini tentunya mengundang pro dan kontra yang beragam dari masyarakat itu sendiri. Ada yang mendukung kenikan tarif tersebut, tetapi ada juga yang menentang dengan alasan belum terciptanya kenyamanan dari transportasi kereta itu sendiri. Dan merasa kenaikan itu belum pantas dan tidak sesuai dengan pelayanan dan kondisi transportasi kereta sekarang ini. Apalagi setiap jam pulang kerja yang selalu penuh dan sesak dengan penumpang, bahkan untuk bergerak dan bernafas saja sulit rasanya karena penuhnya rangkaian kereta. AC di dalam rangkaian Commuter line pun sama sekali tidak berasa dingin.  Tetapi pihak PT.KA sendiri sudah berjanjia akan memperbaiki fasilitas dan kenyamanan kereta salah satunya dengan menambah rangkaian kereta menjadi lebih banyak sehingga tidak akan ada penumpang yang menumpuk.  




Kenaikan Transportasi Kereta
          PT Kereta Api (KAI) memastikan kenaikan tarif sebesar Rp 2.000 untuk setiap rute commuter line mulai berlaku sejak , Senin, 1 Oktober 2012. Mereka bahkan sudah melakukan persiapan-persiapan terkait tiket dan petugas.

"Tidak ada pengamanan khusus yang kami siapkan, namun kami optimalkan," ujar juru bicara PT KAI Daerah Operasional I, Mateta Rizalulhaq, ketika dihubungi Ahad, 30 September 2012.

Meski telah diimbau agar ditunda oleh pemerintah dan keberatan soal ini juga menjadi perhatian Komnas HAM, Mateta menegaskan, kenaikan tarif sudah tepat dan telah disosialisasikan. "Ini kan nantinya untuk kebaikan bersama," ujarnya.

Komunitas KRL Mania menyatakan akan melihat situasi selama beberapa hari ke depan. Petisi online menolak kenaikan tarif yang dibuat komunitas ini diklaim telah didukung hingga 3.000 orang. Mereka juga telah menyurati Menteri Perhubungan tentang keberatan itu.

Intinya, mereka meminta kepada pihak PT Kereta Api Indonesia agar meninjau kembali kebijakan ini dan menunjukkan bukti nyata perbaikan layanan sebelum ada kenaikan tarif.

"Saat ini, kami masih lebih menekankan langkah-langkah diplomatis mencegah kenaikan tarif tersebut," ujar moderator mailing list KRL Mania, Nurcahyo, saat dihubungi Ahad, 30 September 2012.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menilai kenaikkan tarif Kereta Rel Listrik Jabodetabek tidak akan berdampak pada peningkatan pelayanan kepada konsumen.

"Kami tidak yakin ada peningkatan pelayanan, karena pernyataan PT KAI menambah gerbong itu tidak identik dengan peningkatan pelayanan kecuali ada perbaikan jadwal dan jarak antara satu kereta dengan kereta lain diperpendek," kata Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, jika jumlah kereta ditambah tetapi jumlah perjalanannya dan jarak antar kereta sama seperti dulu, itu tidak akan berdampak pada meningkatkan pelayanan pada konsumen.

Dia menilai, selama ini waktu menunggu penumpang untuk kedatangan KRL adalah 15 menit. Menurut dia, jika PT KAI Persero bisa menurunkan waktu tunggu itu menjadi 10 menit sekali, artinya ada peningkatan pelayanan kepada konsumen.

Menurut dia, peningkatan pelayanan kereta api itu harus terukur dengan jelas.

Dia mencontohkan, PT KAI harus menjelaskan kepada publik berapa kereta bekas yang dibeli karena perawatannya cederung lebih mahal karena onderdilnya sudah tidak diproduksi lagi.

Selain itu, dia menjelaskan PT KAI harus berani memberikan kompensasi kepada publik jika gangguan KRL melebihi toleransi yaitu sebanyak lima kali tiap bulan. "Kalau tarif jadi naik, toleransi gangguannya harus turun, misalnya menjadi tiga kali," katanya.

Menurut Sudaryatmo, seharusnya PT KAI Persero menggunakan dana Publik Service Obligation (PSO) sebesar Rp800 miliar untuk menutupi biaya operasional KRL Jabodetabek. Dia mengatakan, jika hal itu dilakukan maka masyarakat tidak perlu menanggung beban dengan kenaikan tarif KRL itu.

"Jangan sampai PSO naik, lalu tarif naik. Tanggung jawab negara kan dalam bentuk PSO. Kalau sudah ada, jangan membebani tarif pada masyarakat," ujarnya.

PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ), anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Persero, akan menaikkan tarif Kereta Rel Listrik untuk seluruh tujuan Jabodetabek sebesar Rp2.000 mulai 1 Oktober mendatang.

Jika kenaikkan tarif itu jadi diberlakukan, maka harga tiket untuk semua tujuan commuter di Jabodetabek berkisar antara RP7.500 hingga Rp9.000.

Rinciannya sebagai berikut, KRL tujuan Bogor-Jakarta Kota/Jatinegara Rp 9.000, tujuan Bogor-Depok Rp 8.000, tujuan Depok-Jakarta Kota/Jatinegara Rp 8.000.

Untuk KRL tujuan Bekasi-Jakarta Kota Rp 8.500, tujuan Tangerang-Duri Rp 7.500, Parung Panjang/Serpong-Tanah Abang Rp 8.000.


Opini Kenaikan Kereta Yang Terjadi Baru-baru ini

Keputusan menaikkan  tarif Rp2.000 Kereta rel Listrik (KRL) Commuter Line diambil demi menutupi kekurangan anggaran perawatan. "Sedih juga harus dibebankan pada penumpang namun apa daya tidak ada pilihan lain," Sekretaris Perusahaan PT Kereta Api Commuter Jabodetabek, Makmur Syaheran, di Depok, Senin (1/10)

Ia juga mengatakan sebagai anak perusahaan harus dapat menghidupi diri sendiri. Dengan cara memaksimalkan potensi yang ada. "Biaya perawatan rutin memakan anggaran yang sangat besar," katanya.

Makmur mengatakan kenaikan kurs dolar yang di atas Rp9.500 per dolar AS tentunya berpengaruh pada pengadaan suku cadang kereta karena 90 pesen suku cadang masih impor. Mengenai adanya perpindahan penumpang Commuter Line ke kereta ekonomi akibat kenaikan harga karcis tersebut, Makmur mengatakan belum melihat ada gejala seperti itu karena baik itu Commuter Line maupun kereta ekonomi mempunyai pasar tersendiri.

Sebelumnya Direktur Keuangan KCJ Tri Handoyo mengatakan untuk mengambil kebijakan menaikkan karcis KRL pihaknya telah melakukan kajian terlebih dulu dengan menggandeng Universitas Indonesia.

"Kami tidak sembarangan begitu saja menaikkan harga, tentunya dengan melakukan kajian yang cukup dalam. Sejak beberapa bulan lalu kami bekerja sama dengan lembaga riset UI," ujarnya.
Menurut dia salah satu pertimbangan untuk menaikkan harga sebesar Rp2.000 itu adalah dengan melihat hasil riset lembaga penelitian UI mengenai kesediaan konsumen membayar berdasarkan persepsi kualitas dan pelayanan yang diterima.

Menurutnya, dari hasil riset tersebut, rata-rata konsumen untuk Bogor-Jakarta menyatakan rela membayar Rp8.724, Sehingga cukup mendekati dari tarif yang akan dipatok Rp9.000.


DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar