Transportasi Kereta
Kereta
merupakan transportasi darat yang cukup di jadikan alternatif untuk masyarakat
Jakarta setiap harinya. Khususnya pada hari-hari kerja dari senin sampai jumat.
Karena selain tidak macet, kereta juga berjalan cepat sehingga waktu yang di
gunakan di perjalanan tidak terlalu lama dan lebih cepat sampai daripada naik
Bus atau umum. Transportasi kereta juga mempunyai 2 kelas berbeda yaitu Kelas
Commuter Line (AC) dan Kelas Ekonomi.
Tarif yang
berlaku untuk kereta itu sendiri juga tidak terlalu mahal dan masih pas di
kantong para penumpangnya. Yaitu untuk Commuter Line sebelum kenaikan adalah Rp
6.000,- dan ekonomi Rp. 2.000,-. Oleh karena itu mengapa kereta sering sekali
dijadikan alternativ untuk para masyarakat di Jakarta. Tetapi untuk memperbaiki
dan menambah pelayanan transportasi kereta maka pemerintah ingin menaikan tarif
kereta sebesar Rp 2.000 dari harga sebenarnya hanya untuk kelas Commuter Line.
Dengan opsi
kenaikan ini tentunya mengundang pro dan kontra yang beragam dari masyarakat
itu sendiri. Ada yang mendukung kenikan tarif tersebut, tetapi ada juga yang
menentang dengan alasan belum terciptanya kenyamanan dari transportasi kereta
itu sendiri. Dan merasa kenaikan itu belum pantas dan tidak sesuai dengan
pelayanan dan kondisi transportasi kereta sekarang ini. Apalagi setiap jam
pulang kerja yang selalu penuh dan sesak dengan penumpang, bahkan untuk
bergerak dan bernafas saja sulit rasanya karena penuhnya rangkaian kereta. AC
di dalam rangkaian Commuter line pun sama sekali tidak berasa dingin. Tetapi pihak PT.KA sendiri sudah berjanjia
akan memperbaiki fasilitas dan kenyamanan kereta salah satunya dengan menambah
rangkaian kereta menjadi lebih banyak sehingga tidak akan ada penumpang yang
menumpuk.
Kenaikan
Transportasi Kereta
PT Kereta Api (KAI) memastikan
kenaikan tarif sebesar Rp 2.000 untuk setiap rute commuter line mulai berlaku sejak , Senin, 1
Oktober 2012. Mereka bahkan sudah melakukan persiapan-persiapan terkait tiket
dan petugas.
"Tidak ada pengamanan khusus yang kami siapkan, namun kami optimalkan," ujar juru bicara PT KAI Daerah Operasional I, Mateta Rizalulhaq, ketika dihubungi Ahad, 30 September 2012.
Meski telah diimbau agar ditunda oleh pemerintah dan keberatan soal ini juga menjadi perhatian Komnas HAM, Mateta menegaskan, kenaikan tarif sudah tepat dan telah disosialisasikan. "Ini kan nantinya untuk kebaikan bersama," ujarnya.
Komunitas KRL Mania menyatakan akan melihat situasi selama beberapa hari ke depan. Petisi online menolak kenaikan tarif yang dibuat komunitas ini diklaim telah didukung hingga 3.000 orang. Mereka juga telah menyurati Menteri Perhubungan tentang keberatan itu.
Intinya, mereka meminta kepada pihak PT Kereta Api Indonesia agar meninjau kembali kebijakan ini dan menunjukkan bukti nyata perbaikan layanan sebelum ada kenaikan tarif.
"Saat ini, kami masih lebih menekankan langkah-langkah diplomatis mencegah kenaikan tarif tersebut," ujar moderator mailing list KRL Mania, Nurcahyo, saat dihubungi Ahad, 30 September 2012.
"Tidak ada pengamanan khusus yang kami siapkan, namun kami optimalkan," ujar juru bicara PT KAI Daerah Operasional I, Mateta Rizalulhaq, ketika dihubungi Ahad, 30 September 2012.
Meski telah diimbau agar ditunda oleh pemerintah dan keberatan soal ini juga menjadi perhatian Komnas HAM, Mateta menegaskan, kenaikan tarif sudah tepat dan telah disosialisasikan. "Ini kan nantinya untuk kebaikan bersama," ujarnya.
Komunitas KRL Mania menyatakan akan melihat situasi selama beberapa hari ke depan. Petisi online menolak kenaikan tarif yang dibuat komunitas ini diklaim telah didukung hingga 3.000 orang. Mereka juga telah menyurati Menteri Perhubungan tentang keberatan itu.
Intinya, mereka meminta kepada pihak PT Kereta Api Indonesia agar meninjau kembali kebijakan ini dan menunjukkan bukti nyata perbaikan layanan sebelum ada kenaikan tarif.
"Saat ini, kami masih lebih menekankan langkah-langkah diplomatis mencegah kenaikan tarif tersebut," ujar moderator mailing list KRL Mania, Nurcahyo, saat dihubungi Ahad, 30 September 2012.
Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia menilai kenaikkan tarif Kereta Rel Listrik Jabodetabek tidak
akan berdampak pada peningkatan pelayanan kepada konsumen.
"Kami tidak yakin ada peningkatan pelayanan,
karena pernyataan PT KAI menambah gerbong itu tidak identik dengan peningkatan
pelayanan kecuali ada perbaikan jadwal dan jarak antara satu kereta dengan
kereta lain diperpendek," kata Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI), Sudaryatmo di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, jika jumlah kereta ditambah tetapi jumlah
perjalanannya dan jarak antar kereta sama seperti dulu, itu tidak akan
berdampak pada meningkatkan pelayanan pada konsumen.
Dia menilai, selama ini waktu menunggu penumpang untuk
kedatangan KRL adalah 15 menit. Menurut dia, jika PT KAI Persero bisa
menurunkan waktu tunggu itu menjadi 10 menit sekali, artinya ada peningkatan
pelayanan kepada konsumen.
Menurut dia, peningkatan pelayanan kereta api itu
harus terukur dengan jelas.
Dia mencontohkan, PT KAI harus menjelaskan kepada
publik berapa kereta bekas yang dibeli karena perawatannya cederung lebih mahal
karena onderdilnya sudah tidak diproduksi lagi.
Selain itu, dia menjelaskan PT KAI harus berani
memberikan kompensasi kepada publik jika gangguan KRL melebihi toleransi yaitu
sebanyak lima kali tiap bulan. "Kalau tarif jadi naik, toleransi
gangguannya harus turun, misalnya menjadi tiga kali," katanya.
Menurut Sudaryatmo, seharusnya PT KAI Persero
menggunakan dana Publik Service Obligation (PSO) sebesar Rp800 miliar untuk
menutupi biaya operasional KRL Jabodetabek. Dia mengatakan, jika hal itu
dilakukan maka masyarakat tidak perlu menanggung beban dengan kenaikan tarif
KRL itu.
"Jangan sampai PSO naik, lalu tarif naik.
Tanggung jawab negara kan dalam bentuk PSO. Kalau sudah ada, jangan membebani
tarif pada masyarakat," ujarnya.
PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ), anak perusahaan
PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Persero, akan menaikkan tarif Kereta Rel
Listrik untuk seluruh tujuan Jabodetabek sebesar Rp2.000 mulai 1 Oktober
mendatang.
Jika kenaikkan tarif itu jadi diberlakukan, maka harga
tiket untuk semua tujuan commuter di Jabodetabek berkisar antara RP7.500 hingga
Rp9.000.
Rinciannya sebagai berikut, KRL tujuan Bogor-Jakarta
Kota/Jatinegara Rp 9.000, tujuan Bogor-Depok Rp 8.000, tujuan Depok-Jakarta
Kota/Jatinegara Rp 8.000.
Untuk KRL tujuan Bekasi-Jakarta Kota Rp 8.500, tujuan Tangerang-Duri Rp
7.500, Parung Panjang/Serpong-Tanah Abang Rp 8.000.
Opini Kenaikan Kereta Yang Terjadi Baru-baru ini
Keputusan menaikkan tarif Rp2.000 Kereta rel Listrik
(KRL) Commuter Line diambil demi menutupi kekurangan anggaran perawatan.
"Sedih juga harus dibebankan pada penumpang namun apa daya tidak ada
pilihan lain," Sekretaris Perusahaan PT Kereta Api Commuter Jabodetabek,
Makmur Syaheran, di Depok, Senin (1/10)
Ia juga mengatakan sebagai anak perusahaan harus dapat menghidupi diri sendiri. Dengan cara memaksimalkan potensi yang ada. "Biaya perawatan rutin memakan anggaran yang sangat besar," katanya.
Makmur mengatakan kenaikan kurs dolar yang di atas Rp9.500 per dolar AS tentunya berpengaruh pada pengadaan suku cadang kereta karena 90 pesen suku cadang masih impor. Mengenai adanya perpindahan penumpang Commuter Line ke kereta ekonomi akibat kenaikan harga karcis tersebut, Makmur mengatakan belum melihat ada gejala seperti itu karena baik itu Commuter Line maupun kereta ekonomi mempunyai pasar tersendiri.
Sebelumnya Direktur Keuangan KCJ Tri Handoyo mengatakan untuk mengambil kebijakan menaikkan karcis KRL pihaknya telah melakukan kajian terlebih dulu dengan menggandeng Universitas Indonesia.
"Kami tidak sembarangan begitu saja menaikkan harga, tentunya dengan melakukan kajian yang cukup dalam. Sejak beberapa bulan lalu kami bekerja sama dengan lembaga riset UI," ujarnya.
Menurut dia salah satu pertimbangan untuk menaikkan harga sebesar Rp2.000 itu adalah dengan melihat hasil riset lembaga penelitian UI mengenai kesediaan konsumen membayar berdasarkan persepsi kualitas dan pelayanan yang diterima.
Menurutnya, dari hasil riset tersebut, rata-rata konsumen untuk Bogor-Jakarta menyatakan rela membayar Rp8.724, Sehingga cukup mendekati dari tarif yang akan dipatok Rp9.000.
Ia juga mengatakan sebagai anak perusahaan harus dapat menghidupi diri sendiri. Dengan cara memaksimalkan potensi yang ada. "Biaya perawatan rutin memakan anggaran yang sangat besar," katanya.
Makmur mengatakan kenaikan kurs dolar yang di atas Rp9.500 per dolar AS tentunya berpengaruh pada pengadaan suku cadang kereta karena 90 pesen suku cadang masih impor. Mengenai adanya perpindahan penumpang Commuter Line ke kereta ekonomi akibat kenaikan harga karcis tersebut, Makmur mengatakan belum melihat ada gejala seperti itu karena baik itu Commuter Line maupun kereta ekonomi mempunyai pasar tersendiri.
Sebelumnya Direktur Keuangan KCJ Tri Handoyo mengatakan untuk mengambil kebijakan menaikkan karcis KRL pihaknya telah melakukan kajian terlebih dulu dengan menggandeng Universitas Indonesia.
"Kami tidak sembarangan begitu saja menaikkan harga, tentunya dengan melakukan kajian yang cukup dalam. Sejak beberapa bulan lalu kami bekerja sama dengan lembaga riset UI," ujarnya.
Menurut dia salah satu pertimbangan untuk menaikkan harga sebesar Rp2.000 itu adalah dengan melihat hasil riset lembaga penelitian UI mengenai kesediaan konsumen membayar berdasarkan persepsi kualitas dan pelayanan yang diterima.
Menurutnya, dari hasil riset tersebut, rata-rata konsumen untuk Bogor-Jakarta menyatakan rela membayar Rp8.724, Sehingga cukup mendekati dari tarif yang akan dipatok Rp9.000.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/30/083432816/PT-KAI-Tarif-KRL-Commuter-Line-Naik-Rp-2000-Besok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar